Meluruskan Tuduhan Bid'ah Pada Doa Awal dan Akhir Tahun Hijriyah
MusliModerat.net - Ada golongan
minoritas di luar ahlussunnah wal jama’ah sering mengatakan bahwa doa
akhir dan awal tahun Hijriyah adalah bid’ah yang tidak ada dalil
tuntunannya, benarkah?
Untuk
menjawabnya mari kita simak penjelasan ilmiah berdasarkan Al Qur’and dan
Hadits dari pakar dan pejuang ahlussunnah wal jama’ah yang diuraikan
dalam bentuk diskusi tanya jawab. Hal ini penting diketahui agar umat
Islam terhindar dari golongan di luar ahlussunnah wal jama’ah yang
selalu berteriak bid’ah, tetapi bid’ahnya sendiri tidak diperhatikan.
SOAL: “Apakah doa akhir tahun dan awal tahun ada dalilnya?
JAWAB: “Ya jelas ada dalilnya. Masak doa tidak ada dalilnya. Di dalam al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ
عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)
“Dan
Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Qur’an
Surat Ghafir: 60).
Ayat di atas
memberikan pesan agar kita selalu berdoa kepada Allah, dan Allah
menjanjikan akan mengabulkan doa kita. Sedangkan orang yang sombong dari
menyembah-Nya seperti tidak mau berdoa kepada-Nya, diancam dimasukkan
ke neraka Jahanam. Perintah berdoa dalam ayat di atas bersifat mutlak
dan umum. Karena itu berdoa pada akhir tahun dan awal tahun, masuk dalam
keumuman perintah ayat tersebut.
SOAL: “Tapi dalil khusus akhir tahun dan awal tahun kok tidak ada.”
JAWAB:
“Ada, yaitu diqiyaskan dengan doa awal waktu dan akhir waktu. Misalnya
doa pada awal bulan dan akhir bulan. Dalam kitab-kitab hadits
diriwayatkan:
عَنْ
طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ
صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ: ”
اَللهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ
وَاْلإِسْلاَمِ رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ ” رواه الدارمي والترمذي وقال:
حديث حسن
yang artinya: Dari
Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam apabila melihat hilal (bulan pada tanggal 1, 2 dan 3),
maka beliau berdoa: “Ya Allah, perlihatlah bulan ini kepada kami dengan
kebahagiaan, keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu
adalah Allah.” (Hadits Riwayat Imam al-Darimi [1730] dan al-Tirmidzi
[3451]. Al-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan”).
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : ” اَللهُ
أَكْبَرْ ، اَللّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ
وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ،
رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ “. رواه الدارمي
Yang
artinya: Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Allah
Maha Besar. Ya Allah, perlihatkanlah bulan ini kepada kami dengan
keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan pertolongan pada apa yang
Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah.”
(Hadits Riwayat Imam al-Darimi [1729]).
عَنْ
قَتَادَةَ ، أَنَّهُ بَلَغَهُ ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلىَّ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : ” هِلاَلُ خَيْرٍ
وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، آَمَنْتُ
بِاللهِ الَّذِيْ خَلَقَكَ ” ، ثلاث مرات ، ثم يقول : ” اَلْحَمْدُ للهِ
الَّذِيْ ذَهَبَ بِشَهْرِ كَذَا وَجَاءَ بِشَهْرِ كَذَا “. رواه ابو داود
Yang
artinya: Dari Qatadah, bahwa telah sampai kepadanya, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Semoga
bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa
kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk.
Aku beriman kepada Allah yang telah menciptakanmu.” Sebanyak tiga kali,
kemudian berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membawa pergi bulan
ini, dan datang dengan bulan ini.” (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud
[5092]).
Hadits-hadits di atas
menunjukkan anjuran membaca doa pada awal bulan, setelah perginya bulan
sebelumnya. Doa akhir tahun dan awal tahun, dianjurkan juga, dengan
diqiyaskan pada doa awal bulan di atas. Di sisi lain, dalam kitab-kitab
hadits juga disebutkan doa-doa yang dianjurkan pada awal terbitnya
Matahari dan setelah terbenamnya Matahari, sebagaimana dijelaskan dalam
kitab-kitab tentang doa dan dzikir, seperti kitab al-Adzkar karya
al-Imam an-Nawawi dan semacamnya.
SOAL: “Kalau dalil doa akhir tahun dan awal tahun tersebut didasarkan pada dalil qiyas, apakah hal ini dapat dibenarkan?”
JAWAB:
“Ya tentu dapat dibenarkan. Qiyas dalam ibadah telah dilakukan oleh
para ulama sejak generasi salaf, para sahabat, ahli hadits dan para imam
madzhab, termasuk Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Bukhari dan lain-lain.
Bahkan Syaikh Ibnu Baz (ulama Wahabi bukan Salaf) juga banyak melakukan
qiyas dalam bab ibadah, sebagaimana dapat dibaca dalam sebagian
fatwa-fatwa beliau.
SOAL: “Apakah penjelasan khasiat doa akhir tahun dan awal tahun tersebut dapat dibenarkan?”
JAWAB:
“Ya tentu saja dapat dibenarkan. Khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir
telah diakui oleh seluruh ulama. Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah (ulama
Wahabi bukan Salaf), murid terkemuka Syaikh Ibnu Taimiyah, panutan kaum
Wahabi-(bukan-Salafi), berkata:
وَمِنَ
الْمَعْلُوْمِ أَنَّ بَعْضَ الْكَلامِ لَهُ خَوَاصُّ وَمَنَافِعُ
مُجَرَّبَةٌ فَمَا الظَّنُّ بِكَلامِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِيْ
فَضْلُهُ عَلَى كُلِّ كَلامٍ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ الَّذِيْ هُوَ
الشِّفَاءُ التَّامُّ وَالْعِصْمَةُ النَّافِعَةُ وَالنُّوْرُ الْهَادِيْ
وَالرَّحْمَةُ العَامَّةُ الَّذِيْ لَوْ أُنْزِلَ عَلَى جَبَلٍ َتَصَدَّعَ
مِنْ عَظَمَتِهِ وَجَلالَتِهِ قَالَ تَعَالَى وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ
مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ للمؤمنين [ الإسراء: 82 ] وَ مِنْ هَا هُنَا
لِبَيَانِ الْجِنْسِ لاَ لِلتَّبْعِيْضِ هَذَا أَصَحُّ الْقَوْلَيْنِ. (ابن
القيم، زاد المعاد في هدي خير العباد، 2/162).
Yang
artinya: “Dan telah dimaklumi bahwa sebagian perkataan manusia memiliki
sekian banyak khasiat dan aneka kemanfaatan yang dapat dibuktikan.
Apalagi ayat-ayat al-Qur’an selaku firman Allah, Tuhan semesta alam,
yang keutamaannya atas semua perkataan sama dengan keutamaan Allah atas
semua makhluk-Nya. Tentu saja, ayat-ayat al-Qur’an dapat berfungsi
sebagai penyembuh yang sempurna, pelindung yang bermanfaat dari segala
marabahaya, cahaya yang memberi hidayah dan rahmat yang merata. Dan
andaikan al-Qur’an itu diturunkan kepada gunung, niscaya ia akan pecah
karena keagungannya. Allah telah berfirman: “Dan kami turunkan dari
al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. al-Isra’: 82). Kata-kata “dari al-Qur’an”, dalam ayat ini
untuk menjelaskan jenis, bukan bermakna sebagian menurut pendapat yang
paling benar. (Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma’ad, 2/162).
Perhatikan,
dalam pernyataan di atas, Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah menjelaskan
bahwa khasiat doa dan dzikir termasuk hal yang dimaklumi di kalangan
umat Islam. Bagi yang tidak percaya dengan khasiat tersebut, tangisilah
dirinya, karena telah menyimpang dari kemakluman yang diakui dalam
agama.”
SOAL: “Dari mana untuk mengetahui khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir?”
JAWAB:
“Sebagian dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagian juga dari pengalaman orang-orang shaleh dan ilham yang diterima
oleh para auliya atau orang-orang yang ma’rifat kepada Allah. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafizh as-Suyuthi dalam al-Itqan fi ‘Ulum
al-Qur’an.”
SOAL: “Apakah
kepercayaan terhadap khasiat yang diperoleh dari kaum para auliya dan
orang-orang shaleh tidak merusak akidah Islam.”
JAWAB:
“Tidak merusak. Bahkan mempercayai khasiat yang diperoleh dari
pengalaman dan ilham para auliya dan orang shaleh termasuk bagian dari
akidah umat Islam. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu
Taimiyah dalam al-‘Aqidah al-Wasithiyyah.”
SOAL: “Siapa dari kalangan ulama yang menganjurkan doa akhir tahun dan awal tahun?”
JAWAB:
“Ya banyak sekali, terutama ulama Timur Tengah dan seluruh dunia. Bisa
Anda baca dalam kitab Kanz al-Najah wa al-Surur fi al-Ad’iyah
al-Ma’tsurah allati Tasyrahu al-Shudur, karya Syaikh Abdul Hamid bin
Muhammad Ali Qudus al-Makki al-Syafi’i, (1277-1335 H).”
Wallahu a’lam.
Wallahu a’lam.
Oleh: Ust. MIR
Baca juga:
Advertisement
Advertisement
Kirim artikel ke muslimoderat@gmail.com
Kirim Artikel, Kritik dan Saran ke muslimoderat@gmail.com